Pemerintah Kabupaten Agam, yang terletak di Sumatra Barat, kini menghadapi tantangan besar akibat bencana yang melanda wilayahnya sejak akhir November lalu. Terjangan banjir telah merusak banyak rumah penduduk di tujuh kecamatan, sehingga kebutuhan akan hunian sementara menjadi mendesak.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Agam, Rahmat Lasmono, mengungkapkan bahwa mereka membutuhkan 525 unit hunian sementara untuk mengatasi situasi ini. Data yang diperoleh mencakup pendataan di 16 kecamatan yang terdampak, dengan 525 unit tersebut menjadi target paling mendesak.
“Dari hasil pendataan, kami menghimpun informasi mengenai kebutuhan hunian sementara bagi para korban yang rumahnya hancur akibat bencana,” kata Rahmat Lasmono, menegaskan pentingnya bantuan cepat untuk meringankan beban masyarakat.
Detail dan Sebaran Kebutuhan Hunian Sementara di Agam
Berdasarkan hasil pengamatan, kebutuhan hunian sementara di Kecamatan Palembayan cukup signifikan. Sebanyak 281 unit akan disediakan, dengan rincian 143 unit di Nagari Salareh Aia dan 83 unit di Salareh Aia Timur, serta beberapa lokasi lainnya.
Kecamatan Ampek Koto juga terdeteksi membutuhkan dukungan, dengan total 46 unit hunian sementara yang dibutuhkan. Penyebarannya mencakup Nagari Balingka, Koto Tuo, dan Sungai Landia, di mana banyak penduduk kehilangan tempat tinggal.
Lebih lanjut, Kecamatan Malalak membutuhkan 51 unit, sementara di Matur, ada 23 unit yang diperlukan. Kebutuhan ini sangat mendesak mengingat banyak warga yang dalam keadaan sulit pasca-banjir.
Dampak Bencana Terhadap Warga dan Infrastruktur
Bencana hidrometeorologi ini telah menyebabkan dampak yang amat serius bagi masyarakat Agam. Sebanyak 192 warga dilaporkan tewas, dan 72 orang masih dinyatakan hilang, menimbulkan kekhawatiran mendalam di kalangan keluarga dan masyarakat luas.
Selain itu, ribuan orang terpaksa mengungsi akibat bencana ini, dengan jumlah total pengungsi mencapai 5.086 orang. Mereka tersebar di berbagai kecamatan, menunjukkan dampak besar yang dirasakan di seluruh wilayah.
Infrastruktur juga tidak luput dari kerusakan, dengan 806 unit rumah rusak berat, 493 unit rumah rusak ringan, dan 359 unit rumah rusak sedang. Di samping itu, fasilitas publik seperti sekolah, jembatan, dan jalan juga mengalami kerusakan yang cukup signifikan.
Upaya Pemulihan dan Solidaritas Masyarakat
Upaya pemulihan mulai dilakukan, tetapi tantangan masih ada di depan. Dengan banyaknya warga yang kehilangan tempat tinggal, pemerintah daerah berupaya keras untuk menyediakan hunian sementara secepat mungkin, agar masyarakat bisa kembali merasa aman.
Berbagai organisasi dan relawan juga telah berperan aktif dalam memberikan bantuan kepada korban. Dukungan dari masyarakat lokal dan luar daerah sangat penting untuk mempercepat proses pemulihan.
Pemerintah dan lembaga terkait juga tengah berkomitmen untuk meningkatkan infrastruktur dan memastikan bahwa bencana serupa tidak akan terjadi di masa depan. Langkah mitigasi dan edukasi kepada masyarakat menjadi prioritas utama agar mereka lebih siap menghadapi bencana.
