Dalam mengasuh anak, setiap orangtua memiliki pendekatan dan filosofi tersendiri. Salah satu yang mencolok adalah gaya asuh keras yang sering disebut dengan istilah parenting VOC, yang diilhami dari sejarah penjajahan di Indonesia.
Istilah parenting VOC merujuk pada metode pengasuhan yang menuntut disiplin dan ketat dalam memberikan aturan kepada anak. Pola asuh ini seolah mencerminkan nilai-nilai dari kongsi dagang Vereenigde Oostindische Compagnie yang terkenal dalam menerapkan kedisiplinan yang ekstrem.
Perdebatan mengenai dampak dari gaya asuh ini menjadi topik hangat di kalangan psikolog dan masyarakat luas. Banyak yang mempertanyakan apakah pendekatan keras ini benar-benar efektif atau justru menimbulkan trauma bagi anak-anak yang mengalaminya.
Pentingnya Mempertimbangkan Dampak Psikologis Gaya Asuh
Mengadopsi pendekatan disiplin yang keras terhadap anak bisa memiliki konsekuensi jangka panjang. Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang dibesarkan dengan gaya asuh ini cenderung mengalami masalah emosional dan sosial saat dewasa.
Selain itu, anak-anak yang sering mengalami tekanan dan hukuman keras dapat mengembangkan rasa rendah diri. Mereka mungkin merasa tidak ada dukungan dari orang tua, yang seharusnya menjadi sumber kenyamanan dan keamanan.
Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk mempertimbangkan gaya asuh yang lebih positif dan konstruktif. Menghargai anak dan memberi mereka ruang untuk berkembang dengan cara yang sehat sangatlah penting untuk menciptakan hubungan yang baik di masa depan.
Contoh Gaya Asuh yang Lebih Lembut dan Memahami
Sebaliknya, pendekatan yang lebih lembut dalam mengasuh anak dapat memberikan hasil yang jauh lebih baik. Misalnya, ada tokoh publik seperti Cecilia Cheung yang berbagi pengalamannya tentang pengasuhan yang penuh kasih sayang.
Cecilia membuktikan bahwa mendidik anak dengan kasih sayang dan empati menjadikan anak-anaknya lebih terbuka dan percaya diri. Ia menekankan pentingnya komunikasi yang efektif dan mendengarkan kebutuhan anak dengan baik.
Menerapkan pendekatan yang lembut tidak berarti mengabaikan disiplin. Sebaliknya, memberikan bimbingan dengan cara yang positif dapat membantu anak memahami konsekuensi dari setiap tindakan mereka tanpa harus merasa terintimidasi.
Gaya Asuh yang Sehat untuk Masa Depan yang Lebih Baik
Memilih gaya asuh yang sehat adalah investasi berharga untuk masa depan anak. Pendekatan yang mendukung perkembangan emosional dan sosial mereka merupakan kunci agar anak tumbuh menjadi individu yang mandiri dan bertanggung jawab.
Dalam kehidupan sehari-hari, hal ini dapat dicapai dengan cara mendorong anak untuk mengungkapkan pendapat dan perasaannya. Dengan demikian, mereka belajar untuk menghargai diri sendiri dan orang lain, serta menciptakan lingkungan yang positif di sekitarnya.
Keseimbangan antara disiplin dan kasih sayang menjadi fondasi yang kuat dalam pengasuhan. Ketika anak merasa dicintai dan diperhatikan, mereka akan lebih baik dalam menghadapi tantangan di masa depan tanpa merasa terbebani oleh tekanan yang berlebihan.
