Menuju UNESCO – Rendang, kuliner khas Minangkabau yang telah menjadi ikon budaya Indonesia, kini tengah dipersiapkan untuk diusulkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Dunia ke UNESCO pada tahun 2025. Hidangan ini tidak hanya menjadi kebanggaan masyarakat Sumatera Barat, tetapi juga telah memikat perhatian dunia. Pada 2017, rendang bahkan dinobatkan sebagai makanan terenak di dunia oleh CNN, semakin memperkuat posisinya sebagai simbol kekayaan kuliner Nusantara.
Proses pengusulan ini tengah dalam tahap persiapan serius. Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah III, Undri, mengonfirmasi bahwa langkah-langkah strategis sedang dilakukan untuk memastikan rendang memenuhi kriteria UNESCO.
“Kita sedang menyiapkan rendang sebagai warisan dunia kepada UNESCO,” ungkap Undri dalam keterangannya di Padang, seperti dikutip Antara, Kamis (21/11/2024).
Pengusulan rendang sebagai warisan dunia tidak hanya tentang memperkenalkan hidangan ini kepada komunitas internasional, tetapi juga memperkuat identitas budaya Indonesia di mata dunia. Persiapan ini melibatkan berbagai pihak, termasuk ahli kuliner, akademisi, dan pemerintah, untuk menyusun dokumen pendukung yang mencakup sejarah, nilai budaya, dan pentingnya rendang bagi masyarakat Minangkabau dan Indonesia secara keseluruhan.
Langkah ini menjadi momentum penting bagi Indonesia untuk semakin mempromosikan kekayaan budaya dan kuliner tradisionalnya di panggung global.
Sejarah dan Filosofi di Balik Rendang
Rendang bukan sekadar hidangan, tetapi sebuah warisan budaya dengan sejarah panjang dan filosofi mendalam. Berdasarkan catatan abad ke-19, rendang telah dikenal sejak abad ke-16, ketika masyarakat Minangkabau membawa makanan ini dalam perjalanan panjang menuju Singapura dan Selat Malaka.
Meskipun asal mula resep rendang masih menjadi misteri hingga kini, beberapa ahli berpendapat bahwa rendang dipengaruhi oleh kuliner Arab dan India yang diperkenalkan melalui jalur perdagangan. Hal ini bukan hal yang mustahil, mengingat pada abad ke-15, wilayah Minangkabau menjadi salah satu pusat perdagangan rempah-rempah internasional.
Awalnya, rendang dibuat menggunakan daging kerbau, pilihan yang praktis karena mampu bertahan lama meskipun dimasak dalam waktu lama. Kini, daging sapi lebih sering digunakan karena teksturnya yang lebih empuk dan mudah diolah.
Secara etimologi, kata “randang” berasal dari istilah “marandang”, yang berarti memasak santan hingga kering. Proses ini merupakan inti dari pembuatan rendang, mencerminkan nilai kesabaran dan ketekunan yang melekat pada budaya Minangkabau.
Lebih dari sekadar makanan, rendang juga memiliki nilai simbolis. Hidangan ini sering disajikan dalam acara adat dan perayaan penting, melambangkan kebersamaan, penghormatan, dan rasa syukur. Filosofi rendang yang mendalam inilah yang menjadikannya lebih dari sekadar kuliner, tetapi sebuah simbol budaya yang patut dilestarikan.
Apa yang Membuat Rendang Begitu Istimewa di Mata Dunia?
Rendang bukan sekadar makanan khas Minangkabau, tetapi juga menjadi simbol tradisi dan budaya Indonesia yang mendunia. Hidangan ini tidak hanya disajikan sebagai menu sehari-hari, tetapi juga menjadi bagian tak terpisahkan dari berbagai perayaan besar, seperti Idul Fitri dan Idul Adha, menjadikannya simbol kebersamaan dan rasa syukur.
Pengakuan internasional terhadap rendang pun membuktikan keistimewaannya. Pada tahun 2017, rendang dinobatkan sebagai makanan terenak di dunia oleh CNN, berkat perpaduan sempurna antara bahan dan proses memasaknya yang unik.
Hidangan ini menggunakan santan dan berbagai rempah-rempah khas Indonesia, seperti serai, lengkuas, kunyit, jahe, dan cabai, menciptakan rasa yang kompleks dan mendalam. Proses memasaknya yang panjang—hingga berjam-jam—membuat rendang memiliki cita rasa yang khas, yaitu perpaduan manis, pedas, dan gurih.
Keunikan rendang tidak hanya terletak pada rasanya, tetapi juga pada nilai filosofis dan cara pembuatannya yang mencerminkan kesabaran, ketekunan, dan perhatian terhadap detail. Proses panjang inilah yang tidak hanya mempertahankan kelezatan, tetapi juga memastikan rendang dapat bertahan lama tanpa menggunakan bahan pengawet, menjadikannya cocok untuk perjalanan panjang seperti yang dilakukan masyarakat Minangkabau sejak berabad-abad lalu.
Kombinasi rasa, tradisi, dan daya tahan inilah yang membuat rendang tidak hanya istimewa bagi masyarakat Indonesia, tetapi juga dihormati sebagai salah satu hidangan terbaik di dunia.
Baca juga artikel kesehatan lainnya.