Antisipasi Mpox, Indonesia Kembali Aktifkan Sistem Deteksi Dini
Health

Antisipasi Mpox, Indonesia Kembali Aktifkan Sistem Deteksi Dini

Antisipasi Mpox Indonesia Kembali – Indonesia semakin meningkatkan kewaspadaan terhadap Mpox, atau penyakit cacar monyet, menjelang acara Indonesia Africa Forum (IAF) yang akan digelar di Bali pada 1-3 September 2023. Salah satu langkah yang diambil adalah dengan mengaktifkan kembali sistem deteksi dini penyakit menular untuk mencegah masuknya virus tersebut ke Tanah Air.

“Bapak Presiden tadi sudah memutuskan, kita akan aktifkan lagi Electronic Surveillance Card. Dulu dikenal sebagai Pedulilindungi,” kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, pada Selasa, 27 Agustus 2024.

Langkah ini diambil untuk mencegah masuknya strain Mpox terbaru, yaitu clade 1b, yang diketahui lebih mematikan dibandingkan strain 2b. Dengan adanya sistem deteksi dini ini, Indonesia berupaya memastikan bahwa risiko penyebaran virus dapat diminimalisir, terutama menjelang pertemuan internasional penting seperti IAF.

Indonesia Aktifkan Sistem Deteksi Dini untuk Antisipasi Mpox Clade 1b

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyatakan bahwa strain Mpox terbaru, clade 1b, memiliki tingkat fatalitas yang lebih tinggi dibandingkan strain sebelumnya yang telah ada di Indonesia, yaitu clade 2b. “Clade 1b ini fatalitasnya lebih tinggi dari sebelumnya yang ada di Indonesia, di Asia itu umumnya 2b,” kata Budi. Menurutnya, clade 1b memiliki fatalitas mendekati 10 persen, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan clade 2b yang memiliki fatalitas sekitar 0,1 persen.

Cara Kerja Electronic Surveillance Card

Untuk mengantisipasi masuknya virus ini, pemerintah mengaktifkan kembali metode Electronic Surveillance Card, yang bekerja mirip dengan aplikasi Pedulilindungi. Setiap orang yang datang dari luar negeri akan memindai QR code yang merekam riwayat perjalanan mereka. Setelah pemindaian, notifikasi berwarna hijau, kuning, atau merah akan muncul berdasarkan risiko yang terdeteksi.

“Kalau hijau, ya tidak perlu tindakan lebih lanjut. Kalau kuning, atau merah, kami akan melihat suhunya, dan jika ternyata memang tinggi serta ada ruam-ruam, maka akan dilakukan tes PCR,” jelas Budi, seperti dikutip dari Antara.

Kementerian Kesehatan telah menyiapkan dua unit mesin PCR yang dapat mendeteksi gejala Mpox dalam waktu 30-40 menit. Mesin-mesin ini ditempatkan di lokasi strategis, yaitu Jakarta, Cengkareng, dan Bali, mengingat akan diadakannya pertemuan penting Asia-Afrika Leaders Meeting di Indonesia.

Tindakan Jika Pelaku Perjalanan Teridentifikasi Positif Mpox

Jika melalui alat PCR ditemukan bahwa pelaku perjalanan memiliki suhu tubuh tinggi, pemeriksaan lebih lanjut akan dilakukan untuk mengetahui apakah mereka positif terinfeksi Mpox. Dengan alat PCR yang disiapkan, hasil dapat diperoleh dalam waktu singkat.

Jika hasilnya positif, langkah cepat akan diambil untuk segera mengisolasi individu tersebut ke fasilitas yang tersedia di rumah sakit. Kementerian Kesehatan juga telah mempersiapkan obat-obatan yang diperlukan, termasuk antivirus untuk menangani kasus Mpox. Selain itu, reagen untuk tes PCR Mpox juga sudah dikirimkan ke Bali sebagai langkah antisipatif.

“Kami sudah menyiapkan antivirusnya, dan obat-obatan ini sudah dikirim ke Bali, juga sebagian ada di Jakarta. Semua reagen untuk PCR, termasuk reagen untuk Whole Genome Sequencing-nya, sudah kami persiapkan dan lengkap,” kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin.

 

Baca juga artikel kesehatan lainnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top