Sekolah Rakyat di Yogyakarta menjadi pusat harapan bagi anak-anak yang mengalami berbagai kesulitan. Kisah Louvie Jogjeriansyah, seorang remaja berusia 16 tahun, mencerminkan bagaimana pendidikan dapat mengubah kehidupan seseorang secara signifikan.
Sejak kecil, Jeje, sapaan akrabnya, telah menghadapi banyak tantangan. Kehidupan keluarganya berubah drastis ketika orang tuanya berpisah saat ia masih duduk di bangku kelas tiga SD.
Setelah perpisahan itu, Jeje tinggal bersama neneknya di Gunungkidul, tanpa kabar dari ayah dan ibunya. Ia merasakan kesepian dan kehilangan yang mendalam, serta tanggung jawab yang semakin berat sebagai kakak.
Perjuangan Seorang Anak di Tengah Kesulitan Ekonomi
Setiap hari, Jeje dan neneknya mengandalkan penghasilan yang didapat dari bertani. Kebanyakan waktunya dihabiskan untuk membantu nenek dan menjaga adik-adiknya. Dengan kondisi yang tidak menentu, Jeje kerap merasa tertekan.
Dia merasa terhambat dalam studi karena tidak ada cukup dukungan untuk belajar di rumah. Meskipun demikian, semangat untuk terus bersekolah tidak pernah padam dalam diri Jeje.
Setelah menyelesaikan SMP, Jeje berusaha mencari sekolah yang lebih baik. Namun, biaya masuk yang tinggi membuatnya putus asa. Ia merasa terjebak antara impian dan kenyataan.
Pertemuan dengan Sekolah Rakyat Menjadi Titik Balik
Hidup Jeje berubah saat program pendampingan dari pemerintah mengenalkannya pada Sekolah Rakyat. Meskipun awalnya ragu, ia memutuskan untuk mendaftar dan berharap bisa mendapatkan pendidikan yang layak.
Diterima di SRMA 20 Sleman menjadi momen penting dalam hidupnya. Menemukan suasana belajar yang mendukung membuatnya selangkah lebih maju dari sebelumnya.
Di sekolah, Jeje berinteraksi dengan teman-teman baru dan guru yang selalu memberikan dorongan. Ia merasakan perbedaan yang signifikan dari cara belajar sebelumnya yang terbatas.
Peningkatan Kualitas Hidup Melalui Pendidikan
Di SRMA 20, Jeje menemukan lebih dari sekadar pendidikan. Asrama yang nyaman dan makanan bergizi tiga kali sehari membuatnya merasa lebih sehat dan bersemangat. Ia pun mulai percaya diri untuk berinteraksi dengan orang lain.
Perubahan positif ini tidak hanya terlihat dari kepribadiannya, tetapi juga di kondisi fisiknya. Ia merasa bugar dan energik, serta tinggi badannya pun meningkat. Lingkungan yang suportif menjadi kunci dalam perkembangan dirinya.
Dengan pengalaman baru di sekolah, Jeje bertekad untuk membagikan kisahnya melalui tulisan. Ia bermimpi menjadi penulis novel yang dapat menginspirasi banyak orang.
Menjadi Inspirasi bagi Generasi Muda
Jeje tidak hanya ingin meraih cita-cita pribadi, tetapi juga ingin memberikan motivasi bagi teman-temannya. Ia percaya bahwa pengalaman hidupnya bisa menjadi pelajaran bagi banyak orang yang mengalami hal serupa.
Melalui karya tulisnya, Jeje berharap dapat merekam perjalanan hidup 75 anak di Sekolah Rakyat. Ia ingin menciptakan novel yang menggambarkan perjuangan mereka dan harapan untuk masa depan yang lebih baik.
Para guru dan wali asuhnya mendukung penuh mimpi ini, memberikan ruang bagi Jeje untuk terus menulis. Ini bukan hanya tentang satu orang, melainkan perjalanan kolektif anak-anak yang bangkit dari keterpurukan.