Di tengah ketegangan sosial yang terus meningkat, sebuah insiden tragis terjadi di Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara. Seorang pria berinisial RP berusia 53 tahun ditemukan tewas setelah menjadi korban penganiayaan massal, menciptakan gelombang kekhawatiran di masyarakat setempat.
Peristiwa memilukan ini terjadi di Dusun III, Desa Bungo Tanjung, Kecamatan Barus pada pagi yang kelam. Menurut laporan, korban dituduh melakukan praktik santet, yang menjadi pemicu aksi kekerasan oleh sekelompok orang yang tidak dikenal.
Kepolisian setempat, melalui pernyataan dari Kapolres Tapanuli Tengah, menjelaskan bahwa serangan tersebut terjadi sekitar pukul 05.00 WIB. Sebuah kelompok besar datang ke rumah korban dan melakukan serangan fisik dengan komplotan yang berpura-pura menggunakan penutup wajah.
Rincian Peristiwa Penganiayaan yang Menggegerkan
Awal mula insiden ini berawal dari sekelompok orang yang mendatangi rumah RP dengan cara yang mengancam. Menurut saksi mata, rumahnya dilempari batu lebih dari dua puluh kali sebelum orang-orang ini mengamuk di depan pintunya.
Saat RP membuka pintu untuk mencari tahu, ia langsung diseret ke halaman belakang rumah dan diserang secara brutal. Dalam penganiayaan itu, ia dipukuli dengan kayu dan kemudian dibawa ke area persawahan di belakang rumahnya.
Lebih dari dua puluh orang terlibat dalam serangan tersebut, memukuli dan melempari korban dengan batu hingga menyebabkan luka serius yang berujung pada kematiannya. Kejadian ini begitu mengerikan dan menyentuh hati banyak orang.
Respon Kepolisian dan Penanganan Kasus
Usai menerima laporan tentang kejadian tersebut, petugas Polsek Barus segera meluncur ke lokasi. Namun, setibanya di sana, mereka menemukan korban sudah tidak bernyawa dengan luka-luka di berbagai bagian tubuhnya.
Kapolsek Barus, Iptu Mulia Riadi, menyatakan bahwa pihak kepolisian telah melakukan koordinasi dengan keluarga korban untuk proses autopsi. Sayangnya, keluarga menolak untuk melakukan autopsi dan hanya mengizinkan visum.
Tim kepolisian pun berinisiatif berkoordinasi dengan Puskesmas Barus untuk melakukan visum terhadap jenazah korban. Mereka mengumpulkan barang bukti penting sebagai bagian dari penyelidikan, termasuk batu, bambu, dan pakaian yang dikenakan korban saat kejadian.
Dampak Sosial dan Emosi di Masyarakat
Peristiwa ini menyiratkan betapa rapuhnya keamanan di masyarakat yang diyakini bisa hidup berdampingan secara damai. Tuduhan santet yang seringkali tidak berdasar bisa berujung kepada tindak kekerasan, merusak tatanan sosial yang telah ada.
Komunitas setempat kini dilanda ketakutan dan kebingungan, dengan banyak yang merasa bahwa sistem keamanan dan hukum tidak cukup untuk melindungi mereka dari tindakan main hakim sendiri. Hal ini menimbulkan pertanyaan mendalam tentang keadilan dan keamanan di masyarakat.
Masyarakat diharapkan dapat lebih bijaksana dalam menyikapi isu-isu sensitif dan tidak melibatkan diri dalam tindakan kekerasan. Edukasi mengenai praktik-praktik yang dapat berakibat fatal akan sangat penting di masa yang akan datang.