Kucing vs. Anjing: Mana yang Lebih Memicu Alergi? Ini Faktanya!
Health

Kucing vs. Anjing: Mana yang Lebih Memicu Alergi? Ini Faktanya!

Kucing vs. Anjing – Hewan peliharaan seperti kucing dan anjing sering kali menjadi sumber kebahagiaan bagi pemiliknya. Namun, ironisnya, hewan-hewan berbulu ini juga bisa memicu alergi yang mengganggu. Gejala alergi seperti bersin, mata berair, hidung meler, serta ruam dan gatal-gatal bisa sering muncul ketika kita berada di sekitar anjing, kucing, atau hewan peliharaan lainnya.

Menurut Dr. Lim Keng Hua, seorang dokter THT dan spesialis bedah kepala dan leher dari Singapura, alergi terhadap tungau debu masih menjadi penyebab utama keluhan pasien. Namun, bagi mereka yang sensitif terhadap hewan berbulu, kontak dengan bulu kucing atau anjing juga bisa menjadi pemicu reaksi alergi yang serius.

Alergi Hewan Makin Sering Ditemukan, Tapi Bukan Bulu Penyebab Utamanya

“Alergi terhadap hewan kini semakin sering ditemukan,” kata Dr. Lim Keng Hua, seperti dikutip dari CNA. Banyak pasien yang menjalani tes alergi ternyata menunjukkan reaksi terhadap hewan peliharaan. Pasien yang alergi terhadap hewan umumnya juga sering menerima pengobatan untuk rinitis alergi (hidung sensitif) dan rhinosinusitis, yaitu peradangan pada sinus.

Namun, menurut Dr. Gwenda Lowe, seorang dokter bedah hewan, penyebab kambuhnya alergi bukanlah bulu hewan itu sendiri. Banyak yang salah kaprah, mengira bahwa bulu kucing atau anjing adalah pemicu utama alergi, padahal faktor lain seperti protein dari air liur dan kulit mati hewan berperan lebih besar dalam menyebabkan reaksi alergi.

Alergen Utama pada Hewan Peliharaan Bukan Bulu, Melainkan Air Liur dan Sekresi Kulit

Dr. Gwenda Lowe menjelaskan bahwa alergen utama yang menyebabkan alergi pada hewan peliharaan bukanlah bulu mereka, melainkan air liur dan sekresi dari kelenjar sebasea di kulit. “Alergen dari hewan peliharaan terutama berasal dari air liur dan sekresi kelenjar sebasea kulit mereka, yang keluar dalam bentuk bulu halus atau serpihan kulit,” katanya.

Serpihan kulit ini, yang sering kali tidak terlihat dengan mata telanjang, dapat terbang di udara dan menempel pada permukaan di sekitar rumah, sehingga menyebabkan reaksi alergi ketika terhirup atau kontak langsung dengan kulit sensitif.

Mengapa Alergen Kucing Lebih Kuat Dibandingkan Anjing?

Menurut Dr. Ker Liang, kekuatan reaksi alergi terhadap hewan peliharaan berkaitan erat dengan sistem kekebalan tubuh. “Sebagian orang memiliki respons imun yang hipersensitif terhadap protein spesifik yang ditemukan pada serpihan kulit, air liur, dan kandungan lainnya,” jelas dokter dari Singapura tersebut.

Ia menambahkan bahwa secara umum, alergen dari kucing lebih kuat dan lebih cenderung memicu reaksi alergi berat dibandingkan alergen dari anjing. Hal ini terjadi karena serpihan kulit mati kucing mengandung protein yang sangat alergenik yang disebut Fel d 1, yang dapat bertahan lama di udara dan dengan mudah memicu reaksi alergi pada orang yang sensitif.

Mengapa Bulu Kucing Lebih Menyebabkan Alergi Dibandingkan Anjing?

Selain mengandung alergen yang lebih kuat, bulu kucing juga memiliki ukuran yang lebih kecil dan lebih lengket dibandingkan bulu anjing, sehingga lebih mudah menempel pada kulit dan pakaian. “Kucing juga lebih sering melakukan grooming daripada anjing, sehingga kita lebih mungkin terpapar air liur mereka saat menyentuh kulit atau bulunya,” jelas Dr. Gwenda Lowe.

Hal ini meningkatkan kemungkinan terpaparnya alergen dari air liur kucing, yang turut menempel pada bulu dan serpihan kulitnya, sehingga memperbesar risiko reaksi alergi pada orang yang sensitif terhadap kucing.

 

Baca juga artikel kesehatan lainnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top