Pasien Jantung – Ahli gizi dari Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi), Rita Ramayulis, mengatakan bahwa pasien jantung masih boleh mengonsumsi kuning telur. Namun, penting untuk mengonsumsinya dalam porsi yang diatur dengan baik.
Lantas, berapa banyak kuning telur yang masih boleh dikonsumsi oleh orang dengan masalah jantung?
“Kuning telur masih diperbolehkan dikonsumsi oleh pasien jantung, yaitu lima butir per minggu atau satu butir per hari masih dibolehkan,” jelas Rita.
Mengatur Pola Makan untuk Pasien Jantung yang Mengonsumsi Kuning Telur
Saat mengonsumsi kuning telur, pasien jantung harus mengurangi asupan makanan lain yang mengandung lemak tinggi, seperti daging merah berlemak serta makanan yang digoreng, dibakar, atau diberi santan. Rita Ramayulis menjelaskan bahwa makanan-makanan tersebut paling berpengaruh pada kesehatan jantung.
Manfaat Kuning Telur
Rita juga menjelaskan bahwa meskipun kuning telur memiliki kadar kolesterol yang tinggi, terdapat kandungan lain yang bermanfaat bagi tubuh.
“Kuning telur memiliki biotin yang merupakan zat utama dalam membangun vitamin D di tubuh kita dan berperan sebagai anti-inflamasi,” jelasnya dalam temu media secara daring bersama Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) pada Senin (23/9/2024).
Usia Pasien Jantung Makin Muda
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), Siti Nadia Tarmizi, mengungkapkan adanya pergeseran usia pasien penyakit jantung. Jika sebelumnya penyakit ini lebih sering menyerang orang tua, kini semakin banyak pasien jantung berusia muda.
“Penyakit jantung ini mulai banyak pada usia-usia yang muda, yang kita tahu sebenarnya risikonya jauh lebih rendah,” kata Nadia.
Nadia menjelaskan bahwa gaya hidup yang tidak sehat menjadi alasan utama di balik meningkatnya kasus penyakit jantung pada usia muda.
“Pastinya gaya hidup yang tidak sehat, kurangnya aktivitas, merokok, tak ada bedanya rokok konvensional maupun vape itu sama-sama meningkatkan risiko penyakit jantung,” jelasnya.
Selain itu, pola makan yang tidak sehat juga turut meningkatkan risiko penyakit jantung, terutama bagi mereka yang sudah mengalami obesitas, hipertensi, atau diabetes melitus.
“Ini yang menyebabkan orang mengalami penyakit jantung koroner. Dan 50 persen orang yang memiliki masalah jantung koroner mengalami henti jantung mendadak,” tambah Nadia.
Bagaimana Cara Cegah Penyakit Jantung?
Nadia mengingatkan bahwa penyakit jantung adalah penyakit tidak menular yang membutuhkan waktu lama untuk berkembang.
“Penyakit tidak menular itu bukan terjadi karena penularan dari virus, bakteri, atau lainnya, tapi lebih pada tiga hal yaitu faktor genetik, lingkungan, dan perilaku,” jelasnya.
Lebih lanjut, Nadia menjelaskan bahwa penyakit jantung sangat dipengaruhi oleh faktor perilaku. Untuk mencegahnya, penting untuk mengontrol pola makan dengan memastikan konsumsi gula, garam, dan lemak sesuai dengan standar dan tidak berlebihan.
“Diet yang sehat dengan panduan Isi Piringku sangat penting,” sarannya.
Dia juga mengingatkan masyarakat untuk menghindari konsumsi rokok dan alkohol. Jika faktor risiko ini dikendalikan, lanjut Nadia, maka masyarakat dapat terhindar dari penyakit jantung.
Dua Benteng Pertahanan Diri dari Risiko Penyakit Jantung
Lebih lanjut, Nadia menjelaskan bahwa ada dua benteng pertahanan diri dari risiko penyakit jantung. Pertama adalah dengan menghindari faktor risiko, dan kedua adalah dengan mengelola penyakit penyerta.
“Jika faktor risikonya sudah terlewat dan muncul penyakit seperti hipertensi, diabetes, atau lainnya, kita masih bisa mencegahnya agar tidak berdampak pada penyakit yang lebih berat. Caranya adalah dengan mengendalikan penyakit-penyakit tersebut,” jelasnya.
Dengan menghindari faktor risiko dan mengelola penyakit penyerta, masyarakat juga dapat turut menekan biaya pengobatan.
Baca juga artikel kesehatan lainnya.